![]() |
Halo all! Anyway, tanggal 14 September kemarin diperingati sebagai hari kunjung perpustakaan loh! Karena, itu, saya ingin menghadirkan sesuatu yang spesial buat temen-temen semua. Minimal mengunjungi perpustakaan pribadi di rumah masing-masing :) Merasa belum punya perpustakaan pribadi? Yuk, kita rancang dengan tips-tips sederhana untuk diaplikasikan ini. Itung-itung, nambah ilmu baru :)
Kenapa Perlu Perpustakaan ?
Semua pasti setuju dengan ungkapan klasik, buku adalah gudang ilmu, sekaligus jendela dunia. Hanya dengan duduk di pojokan sambil menikmati secangkir kopi atau teh hangat, pikiran kita akan dibawa melanglang buana, melintasi ruang dan waktu.
Saya termasuk orang yang ‘dibesarkan’ oleh buku. Dulu, waktu saya kecil, saya doyan membaca cerita-cerita Deni, Manusia Ikan dan Asterix & Obelix yang saya sewa dari persewaan buku tetangga. Sampai kemudian, papa memberikan kado ulang tahun berupa komik ilmu pengetahuan yang isinya materi Matematika, IPA, dan Sejarah saat saya duduk di bangku sekolah dasar. Semacam seri WHY untuk anak-anak mungkin kalau sekarang. Tapi, di jaman saya SD kelas 6 tahun 1996, buku itu begitu mewah dan berharga!
Bagi anak kecil semacam saya dulu, buku-buku adalah sahabat. Dan, saya yakin, kalau minat baca didukung aksesnya sejak dini, kebiasaan membaca jadi mudah saja.
Baca Juga : Ibu, Mari Membaca
Tapi, bukannya sekarang generasi Z? Masih cocok ga buat anak-anak sekarang?
Jawaban saya, masih! Hanya memang perlu beberapa modifikasi untuk aktivitas membacanya. Misal, menyandingkan buku dengan video yang setema dengan buku yang bisa kita download kapan saja untuk anak-anak tercinta.
Meski jamannya sudah e-book pun, buku secara fisik tak akan usang, sebab menurut beberapa penelitian, orang akan lebih betah berlama-lama membaca dengan bentuk fisik aslinya, yaitu kertas. Dibanding dengan media layar semacam gadget yang membuat mata cepat lelah.
Terlepas dari buku secara fisik maupun elektronik dengan kelebihan dan kekurangannya, tetap saja aktivitas membaca menjadi porsi penting untuk ditingkatkan menjadi satu kebiasaan dalam keluarga.
Nah, supaya buku-buku, majalah, ensiklopedi, dan koleksi lainnya bisa terorganisir dengan baik saat dibutuhkan, pengaturan buku-buku perlu diwadahi dengan adanya perpustakaan.
Jangan sampai karena kesulitan mencari koleksi, kita lebih memilih untuk membeli buku baru daripada harus membongkar-bongkar tumpukan buku yang entah dimana antah berantahnya. Selain pemborosan, manajemen kita secara pribadi pun ikut berantakan. Terutama kalau pekerjaan kita membutuhkan banyak referensi seperti penulis, desainer, peneliti, pendidik, dan sebagainya.
Cara Memulainya Gimana?
Di atas semuanya, yang harus saya tekankan lebih dulu adalah NIAT, hehe.. Karena, untuk memulai, tentu kita harus menyiapkan waktu dan tenaga khusus. Bisa saja dilakukan di saat libur, atau mencicil saat weekend tiba.
Melibatkan anak-anak yang sudah bisa diajak kerjasama juga penting untuk membuat mereka merasa memiliki dan secara tidak langsung, ikut menjaganya.
Ini dia tips yang bisa kita lakukan untuk merancang perpustakaan keluarga :
Melibatkan anak-anak yang sudah bisa diajak kerjasama juga penting untuk membuat mereka merasa memiliki dan secara tidak langsung, ikut menjaganya.
Ini dia tips yang bisa kita lakukan untuk merancang perpustakaan keluarga :
1 Pisahkan buku-buku dewasa dan anak-anak. Pisahkan pula buku, majalah, brosur, dan CD/DVD
2 Tentukan kategori yang memudahkan kita untuk mengklasifikasikannya
Kalau dalam ilmu perpustakaan sendiri, ada beberapa tipe klasifikasi. Yang paling umum dipakai dan disetujui di seluruh negara adalah DDC (Dewey Decimal Classification). Klasifikasinya sangat lengkap dan terus dikembangkan,sehingga kalau ada cabang ilmu baru yang mungkin ditemui di koleksi yang terus berkembang, akan sangat memudahkan pengelolanya.
Kalau temen-temen ingin mengadopsi klasifikasi ini, boleh coba yang paling simple, yaitu menurut klasifikasi besarnya :
Kalau dalam ilmu perpustakaan sendiri, ada beberapa tipe klasifikasi. Yang paling umum dipakai dan disetujui di seluruh negara adalah DDC (Dewey Decimal Classification). Klasifikasinya sangat lengkap dan terus dikembangkan,sehingga kalau ada cabang ilmu baru yang mungkin ditemui di koleksi yang terus berkembang, akan sangat memudahkan pengelolanya.
Kalau temen-temen ingin mengadopsi klasifikasi ini, boleh coba yang paling simple, yaitu menurut klasifikasi besarnya :
000 Karya Umum
100 Filsafat & Psikologi
200 Agama
300 Ilmu-ilmu Sosial
400 Bahasa
500 Ilmu Murni
600 Teknologi & Ilmu-ilmu Terapan (kesehatan, marketing, dan lain-lain)
700 Kesenian, Hiburan, Olahraga
800 Sastra (novel Indonesia, novel terjemahan, kumpulan cerpen/puisi, esai humor)
900 Sejarah dan Biografi/Memoar
100 Filsafat & Psikologi
200 Agama
300 Ilmu-ilmu Sosial
400 Bahasa
500 Ilmu Murni
600 Teknologi & Ilmu-ilmu Terapan (kesehatan, marketing, dan lain-lain)
700 Kesenian, Hiburan, Olahraga
800 Sastra (novel Indonesia, novel terjemahan, kumpulan cerpen/puisi, esai humor)
900 Sejarah dan Biografi/Memoar
O ya, untuk majalah boleh aja disendirikan, dan ga perlu dinomori untuk memudahkan. Boleh dijilid berapa edisi supaya ringkas, atau pisahkan aja di box khusus. Begitu pula brosur, dan CD/DVD, pisahkan box nya.
Dan, untuk koleksi anak-anak, saya lebih menyarankan untuk memakai klasifikasi warna supaya anak juga mudah untuk mengembalikan buku pada tempatnya.
Boleh juga klasifikasi buku anak-anak ini, kita lakukan dengan melakukan kesepakatan bersama dengan si kecil. Misalnya yang saya lakukan bersama adik-adik kelas 6 di rumah baca yang saya kelola seperti ini :
![]() |
Cuma, kalau misal buku dewasa mau dibikin menurut klasifikasi warna juga, menurut saya, akan menyulitkan dan bercampur baur antara buku anak dan dewasa. Ini pengalaman saya loh ya :)
3 Selelah menentukan klasifikasinya, baru deh kita susun, kalau perlu berjejer dan kasih label memakai kertas dan diisolasi di atasnya.
3 Selelah menentukan klasifikasinya, baru deh kita susun, kalau perlu berjejer dan kasih label memakai kertas dan diisolasi di atasnya.
![]() |
Tujuannya supaya sebelum masuk ke rak, buku tetap pada kelompoknya masing-masing. Atau masukkan kardus dan kasih label untuk menghindari berantakan. Bisa juga tetap diletakkan di rak dengan label peringatan dan nama kelompok :)
4 Satu persatu, kalau kita ingin lebih rapi, masukkan ke buku induk ala kita menggunakan Ms. Excel.
4 Satu persatu, kalau kita ingin lebih rapi, masukkan ke buku induk ala kita menggunakan Ms. Excel.
Tujuannya supaya kita tahu buku kita ada berapa judul dan berapa eksemplar.
5 Tapi, kalau mau melewati langkah 4 juga boleh. Langsung aja untuk labelling
Klasifikasi buku dewasa gunakan kertas bekas yang satu sisi bagiannya masih bisa dipakai. Buat seperti ini, print, lalu gunting, dan tulis penomoran 000-900 di bagian yang kosong :
5 Tapi, kalau mau melewati langkah 4 juga boleh. Langsung aja untuk labelling
Klasifikasi buku dewasa gunakan kertas bekas yang satu sisi bagiannya masih bisa dipakai. Buat seperti ini, print, lalu gunting, dan tulis penomoran 000-900 di bagian yang kosong :
![]() |
Sesuaikan logo atau nama perpustakaan ala kita |
Tapi, kalau standar perpustakaannya yang disebut call number seperti ini :
![]() |
Ini FYI aja sih :) |
Untuk koleksi anak-anak, potong-potong aja kertas origami warna warni tanpa penomoran.
6 Bubuhkan isolasi yang lebar yang dapat meng-cover seluruh kertas label klasifikasi di nomor 5 tadi
labelnya dipasang sisi kiri buku |
7 Kalau memiliki stempel pribadi atau kertas stiker lucu untuk menunjukkan koleksi milik kita, boleh ditambahkan :)
8 Lakukan penyampulan supaya koleksi kita awet
9 Letakkan koleksi yang udah melalui proses di atas, di rak yang disediakan
Kumpulkan sesuai klasifikasinya. Letakkan buku-buku yang memiliki beban berat, seperti ensiklopedi yang kebanyakan hard cover, di posisi rak paling bawah supaya bahan dasar rak tetap awet dan tak melengkung karena keberatan beban.
10 Boleh dituliskan di rak, untuk memudahkan pencarian, bisa print atau tulisan tangan atau post it
Kumpulkan sesuai klasifikasinya. Letakkan buku-buku yang memiliki beban berat, seperti ensiklopedi yang kebanyakan hard cover, di posisi rak paling bawah supaya bahan dasar rak tetap awet dan tak melengkung karena keberatan beban.
10 Boleh dituliskan di rak, untuk memudahkan pencarian, bisa print atau tulisan tangan atau post it
![]() |
11 Buat ruang atau sudut khusus untuk perpustakaan
Buat senyaman mungkin, bisa dengan meletakkan karpet dan bantal-bantal, kursi malas, atau sofa empuk. Supaya suasana nyaman juga meningkatkan minat membaca dan berdiskusi apa saja hal menarik dari koleksi yang kita punya.
Contoh yang saya buat sederhana di rumah kontrakan saya seperti ini :
![]() |
Bisa juga ruang tamu didesain multi fungsi sebagai perpustakaan keluarga seperti rumah baru teman saya ini :)
![]() |
Itu tadi cara simple dan seru untuk dilakukan bareng keluarga di rumah. Sekali lagi, memang harus niat ya, kalau ga, ya sudahlah, lewat dan lupakan 11 langkah di atas.Atau dimodifikasi aja sesuai kebutuhan masing-masing. Ga harus saklek-saklek amat kok, kan ga ada akreditasi macem lembaga, hehe..
Awalnya kelihatan panjang, tapi kalau dilakukan dengan senang hati, apalagi dianggap investasi terpenting buat keluarga, semua itu akan sangat berarti sesuai dengan manfaat yang akan diterima keluarga nanti :)
Kalau masih merasa ga punya waktu, karena koleksinya udah numpuk banget, boleh hubungi saya juga yang di sekitar Jabodetabek untuk saat ini, hehe.. (promosi colongan nih jadinya). Ya satu-satunya cara kalau memang ga sanggup karena waktu terbatas adalah terima beres dikerjakan orang lain :)
Baca Juga : Portofolio Librarian
Kalau anak-anak udah masuk usia sekolah dasar sampai remaja, ini bisa jadi project keluarga yang menyenangkan juga loh :)
Sudah siap untuk merancang perpustakaan keluarga di rumah? Selamat bereksperimen dan menemukan 'jiwa' bergaung di rumah kita...
![]() |
Sumber : www.pinterest.com |
Buku bukuku buanyuak buanget jadi susah buat diginiin kayaknya. Harus dikuatin niat dulu
BalasHapusmulai dicicil2 aja mbak, mulai dari buku favorit gitu, atau di-box masing2 aja, lalu dikasih nomor kl ga mau didata administrasinya :)
Hapusmakasih sharingnya,a syik ya kalau buku2 kita disusun rapi
BalasHapusiya mb.masama, rasanya ati ayem kl buku rapi, hehe
HapusPgn bgt dr dulu bikin perpus di rmh ky gitu. Tp belom pny lemari buku nya. Hihihi.. jd masi pake laci2 gitu deh buat anak2
BalasHapusbikin aja sesederhana yg kita bs mbak :)
HapusBerguna sekali tips nya mba...kebetulan udah bikin ruang perpus d rumah tp blm beres2 karena lemari bukunya masih kurang banyak heuheu
BalasHapuswah, asik bgt mbak udh bikin ruangnya, mupeng :) dicicil2 dl ya mbak..
Hapussenengnya kalau punya perpustakaan sdr dirumah..sepertinya aku juga butuh nih mbak. tfs ya
BalasHapusiya mb, seneng bgt..smg bermanfaat
HapusSalam kenal mbak...saya sangat menyukai tulisan dan kegiatan mbk... sangat menginspirasi..
BalasHapussalam kenal mbak,,wah alhamdulillah kl suka mbak, minimal di dumay ini kita bs saling berbagi manfaat. Trims ya mb :)
HapusWaa seru mba, asik ya, bisa dilakukan non librarian untuk level perpus kelg. Makasih sharingnya, mudah dipahami.. Meme gadget dan bukunya lucu banget, nemu aja :-D
BalasHapusiya mbak, bisa bangetttt.. iya tuh meme itu kocak, wkwk
Hapuskeren bgt mbak
BalasHapussmg berguna mas ya..
Hapus